Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Belajar Fitrah Seksualitas Melalui Shalat

Oleh: Zahriani Ahmad Amin Seksualitas secara bahasa menurut KBBI dapat diartikan sebagai ciri,sifat atau peranan seks. Kendati demikian, seksualitas jangan hanya diterjemahkan sebagai aktivitas seksual semata sebagaimana yang dimaknai dari aspek bahasa di atas. Pengakuan diri terhadap jenis kelamin dan perannya adalah sebuah bentuk dari seksualitas itu sendiri. Banyaknya perilaku penyimpangan seksual yang sering diberitakan akhir-akhir ini adalah sebuah bentuk dari tidak selesainya fitrah seksualitas manusia saat prabaligh. Orang tua banyak menerjemahkan sex education sebagai mengajarkan aktivitas seksual pada anak seperti yang diajarkan oleh dunia Barat. Dalam Islam sendiri telah mengajarkan tentang seksualitas sejak anak berusia 7 tahun, ketika pertama kali mereka harus diajarkan shalat. Amru bin Syuaib bercerita bahwa Rasulullah Saw. Bersabda : “Perintahkanlah anak-anak kalian shalat jika mereka telah mencapai usia tujuh tahun, dan pukullah mereka (kalau meninggalkan shalat) jika

Disorientasi Seksual Transgender, Sebuah Anomali Sosial

Gambar
Oleh: Zahriani Ahmad Amin Beberapa film iklan di sebuah situs facebook dari negeri Bollywod menarik perhatian saya untuk menyaksikannya. Iklan-iklan yang disajikan pada situs tersebut bisa dikatakan semuanya bernilai inspiratif akhirnya saya mem follownya . Situs tersebut terkadang juga menyajikan film pendek nonkomersial yang berdurasi ±5 menit yang inspiratif untuk pendidikan karakter anak.  Namun ada beberapa film iklan nonkomersial yang sedikit mengganggu pemahaman saya tentang dunia “Transgender.” Pada dasarnya filmnya sangat bagus dan inspiratif, memberikan pesan moral tentang penerimaan sikap lingkungan terhadap keberadaan, kemampuan dan nilai kebaikan yang dimiliki oleh para pelaku transgender. Bahwa transgender tidak hanya memiliki nilai negatif. Disini mereka menceritakan di India mulai melakukan perubahan yaitu menerima keberadaan transgender dengan baik oleh lingkungan, keberadaan mereka tidak lagi jadi cemoohan. Para transgender dapat melakukan apa saja seperti laki-laki

Perempuan Bukan Cinderella

Oleh : Zahriani Ahmad Amin             Perempuan bukanlah seorang Cinderella, yang hanya berdiam diri dan menangis ketika kehidupan tidak berpihak padanya. Cinderella , hanya menunggu keajaiban dari datangnya seorang pangeran yang akan mengangkatnya dari keterpurukan , sementara kesedihan nya hanya diceritakan pada tikus-tikus loteng yang tidak bisa menolongnya . Berharap dari keajaiban seorang ibu peri yang akan membantunya menjadi lebih baik, takut melawan ketidak nyaman yang dialaminya. Pasrah, begitulah keadaan perempuan yang mengalami cinderella complec syndrom . Pernyataan di awal tulisan “Perempuan bukanlah seorang cinderella” tidak bermaksud merendahkan hasil karya sastra orang lain berupa tokoh imajinatif yang telah menjadi legenda selamat berabad. Sungguh tidak mudah menciptakan tokoh yang mampu bertahan selama itu. Yang ingin dikritik dari tulisan ini adalah sikap perempuan yang nyaman dengan rasa tidak nyaman mereka.

Kodrat Perempuan dalam Pergulatan

Oleh : Zahriani Ahmad Amin Zaman telah berubah, tidak dapat dipungkiri kalau sekarang adalah zaman modern . Bagi perempuan mereka telah memasuki zaman emansipasi. Zaman dimana perempuan akan lebih dihargai jika man diri secara ekonomi . Mampu memasuki dunia kerja dibidang apapun dan bersaing dengan laki-laki . Namun di zaman ini juga perempuan mengalami dilema dalam hidupnya. Kalau di era sebelum tahun delapan puluhan pilihan hidup perempuan sebagai ibu rumah tangga adalah suatu keharusan, tempat perempuan adalah sumur, kasur dan dapur. Jika ada perempuan yang meniti karir mereka di luar rumah mereka dianggap sebagai sebuah “anomali sosial.” Seiring perjalanan waktu keadaan kini sudah terbalik, jika masih ada perempuan yang memilih untuk menjadi “pure mother” apalagi setelah melewati jenjang pendidikan yang tinggi yang melelahkan, merekalah sekarang yang dianggap sebagai “anomali sosial”.

Bangkit dari Keterpurukan

Zahriani Ahmad Amin S elama ini kita sering merasa bingung terhadap persoalan keterpurukan,   apakah karena malas kita menjadi terpuruk a tau sebaliknya karena terpuruk yang membuat kita merasa malas? K eterpurukan adalah kondisi jiwa manusia yang sangat labil dan merasa keberadaannya tidak bermakna. Lalu tenggelam dalam ruang yang membuat ia menderita. Padahal di dunia ini tidak seorang manusiapun yang ingin hidupnya berada dalam keterpurukan, baik secara ekonomi maupun kejiwaan. Namun untuk bangkit dari keterpurukan itu kebanyakan manusia menjadi kannya sebagai suatu perkara sangat sulit. Bahkan sebagian orang menjadi larut, seolah dunia ini telah kiamat dan berlaku sangat kejam terhadap dirinya. Mereka enggan bangkit karena menganggap itu adalah takdir. Bahkan ada y ang bunuh diri atau gila.

Mengembalikan Semua Kepada Hati

Oleh: Zahriani, Banda Aceh Memang benar bahwa diam itu besar nilainya. Yaitu ketika keadaan membutuhkan untuk diam. Lain halnya ketika keadaan membutuhkan untuk bicara, maka bicara lebih baik daripada diam. Tentu bicara yang membawa manfaat bagi si pembicara dan lawan  bicara. Ketika banyak diam, banyak hal yang dapat selesaikan.dan tidak perlu menguras energi yang banyak untuk melampiaskan emosi. Diam bukan berati mesti statis, stagnan dan terpaku. Dalam diam seseorang bisa lebih banyak berpikir dan merenung, beristighfar dan malah bermuhasabah. Idealnya seperti itu. Namun diam itu begitu berat rasanya. Hampir semua yang tampak dilihat oleh mata d an apa saja yang didengar oleh telinga dapat dipastikan mengundang mulut untuk bicara.

ACEH BUKAN NEGERI ANGIN

Negeri ini bukan negeri angin Yang keberadaannya hanya didengar dari dongeng-dongen Negeri ini ada napak tilas yang dapat disusuri Ada jejak-jejak peninggalan yang akan mengajarkan manusia Tentang perjuangan, kepahitan dan kejayaan Jika melihat dengan kebencian, semua bukti seperti khayalan Di sini perempuan bukan hanya berharap menjadi pemimpin Tapi telah menjelma sebagai bungan yang mekar mewangi ke dunia nun jauh di sana Disini perempuan sebagai panglima bukan lagi khayalan Keberaniannya menggetarkan nyali-nyali serdadu musuh Di sini seorang Jenderal musuh pernah mati ditangan seorang perempuan Jangan coba kau arungi lautan negeri ini dengan congkak Seorang Laksamana perempuan akan menghunusmu dengan rencong Di sini di negeri yang kau katakan sebagai negeri angin Kami punya bukti miliki akademi angkatan lau tertua dengan muridnya para perempuan Jangan pernah berani katakan Negeri kami adalah negeri angin Oleh : Zahriani Ahmad Amin Note : Jawaban atas pernyataan

Seragam Pramuka di Sabtu Siang

Sabtu siang dengan seragam pramuka yang melekat Peluh  mengalir, kulit terbakar cahaya m atahari yang menyengat  Kelelahan setelah seminggu berkutat bersama pelajajaran sekolah Senyum bahagia tersungging di bibir, bersama sahabat menyusuri jalan pulang Tertawa, ceria bercanda tidak ada kata GEGANA Gelisah, galau dan merana Mungkin karena tangan saling berpegangan  Menggenggam erat jari-jari sahabat Berceloteh tentang cita-cita dan harapan Yakin, mereka para sahabat akan selalu ada sebagai penyemangat hidup Tidak ada smartphone yang menghalangi sentuhan hati dan fisik diantara mereka Tersenyum dengan bibir yang ditarik oleh hati  Bukan dengan EMOJI di layar sementara hati menangis sedu sedan Berbicara dengan bibir yang bergerak diselingi tawa yang renyah sepenuh jiwa Bukan dengan jemari yang bergerak lincah di atas keypad sementara jiwanya entah ada di mana Dengan seragam pramuka disabtu siang mereka bahagia, esok libur Berkumpul dengan penuh rasa cinta bersama kelu

Berguru pada Nyamuk ”Nyentrik”

Oleh: Zahriani Ahmad Amin ”Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang (makhluk) yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka. Tetapi mereka yang kufur mengatakan; apakah maksud Allah menjadikan ini sebagai perumpamaan? (Ketahuilah) dengan perumpamaan itu banyak orang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberi petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik” (QS. Al-Baqarah: 26).

Mendidik Anak Semanis Permen Karet

Oleh: Zahriani Ahmad Amin Anak adalah salah satu anugerah terindah dari Sang Maha Pencipta untuk sebuah keluarga. Seiring waktu kedekatan jiwa anak dan orang tua akan diuji dengan tumbuh kembang mereka. Secara fisik kita akan kagum luar biasa dengan perubahan ini, dari seorang bayi yang begitu mungil dan menggemaskan perlahan mereka berubah menjadi remaja yang gagah dan cantik.   Namun sering kali orang tua dibuat ciut oleh tingkah remaja, di satu sisi sungguh tidak ingin mereka terkontaminasi oleh lingkungan yang semakin gila saja akhir-akhir ini, tak urung banyak orang tua bersikap bak sipir penjara. Segala tingkah laku remaja tidak luput dari pengawasan dan arahan yang menuntut dari orang tua. Bagi orang tua yang lebih moderat mungkin mereka akan menempatkan diri sebagai seorang intelijen, mengamati segalanya tanpa sepengetahuan target, namun saat nasehat harus diberikan sering orang tua terjebak dengan sikap ego. Sisi lainnya, orang tuapun tidak ingin remaja menjadi katak